Judul: Akuisisi
Penulis: Agustus Sani Nugroho
Penerbit: PT. Aksara Bermakna
Cetakan: Pertama, Desember 2013
Tebal: 319 hal
ISBN: 978-602-18755-2-0
Sebuah novel yang ditulis oleh Agustus Sani Nugroho ini menarik karena menjelaskan kerumitan perkara akuisisi, tentu dengan beragam aspek teknikal hukum dan keuangan, dikemas dengan bahasan yang sederhana. Berikut dengan dinamika dan konflik yang melatarinya. “Kemewahan yang sejalan dengan kerja keras, kepercayaan berbatas tipis dengan pengkhianatan dan kecurangan.” Semua orang dapat menikmati novel ini, tanpa mesti memiliki latar belakang keilmuan tertentu. Inilah kelebihan penulis dalam mengemas sesuatu yang rumit menjadi sederhana dan gampang dipahami.
Novel ini menceritakan dinamika dan lika-liku akuisisi sebuah perusahaan, yang tengah dalam kondisi sekarat. Perusahaan yang bernama PT. Meta Food Company (MFC) dan dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Wawan Kusumo (Om Wan) ini, pernah menjadi pemain besar pada masanya. Namun seiring waktu, tergerus dengan persaingan, sehingga nilai jual perusahaannya merosot. Dalam posisi inilah, sekelompok anak muda, yang punya latar belakang di bidang hukum dan keuangan, bersepakat untuk membeli perusahaan itu. Ceritanya menjadi klise jika proses transaksi bisnis berjalan dengan mulus, lalu sepakat, dan perusahaaan berpindah kepemilikan.
Ternyata, faktanya, proses akuisisi tidak semudah itu. Mungkin secara teknikal mudah, namun bagian tersulitnya justru pada kesepakatan harga. Novel ini mengambil porsi terbanyak dalam menentukan harga berapa yang mesti disepakati? Tentu antara harga penjual dengan pembeli saling bersilangan. Penjual ingin harganya tinggi, namun pembeli ingin harganya serendah mungkin. Novel ini penuh dengan intrik dan persekongkolan. Diceritakan bahwa Om Wan ini punya orang kepercayaan bernama Rani. Om Wan bahkan mempercayakannya jauh melebihi anak dan menantunya. Apalagi di saat krisis seperti ini, Rani menjadi penasehat, atau pembisik yang paling dipercaya.
Dari sisi (calon) pembeli, sekelompok profesional muda yang dikoordinasi oleh Teguh, berembuk dengan Tony, Panca, dan Rio. Mereka ingin menekan harga jual perusahaan sekecil mungkin, bahkan bila perlu dengan beragam rekayasa agar Om Wan mau melepas perusahaan itu. Memang mereka melakukan berbagai upaya, pengecekan kesehatan perusahaan, analisis resiko, perpajakan, dan lain sebagainya. Mereka bermitra dengan seorang bankir muda, yang juga ternyata menyimpan rahasia dengan Rani. Plotnya membuat penasaran, akan kemana ujung akuisisi ini.
Cerita ini juga dibumbui dengan kehadiran sosok Lala, sekretaris Roni yang mengkapitalisasi kecantikannya untuk tujuan-tujuan personal. Sempat ada skandal antara Lala dengan Panca, mereka menjalin asmara terlarang. Ini seakan relate dengan lika-liku kehidupan urban yang rawan terjadinya perselingkuhan. Bahkan belum jadi perselingkuhan, namun relasi gelap yang bersifat transaksional. Lala perlu pendapatan lebih untuk menopang gaya hidupnya, yang bahkan nyaris membahayakan tujuan akuisisi ini. Roni adalah bankir yang ditunjuk oleh kedua pihak, maka semestinya netral dalam mengambil posisi.
Skandal juga terjadi antara Om Wan dan Rani. Barangkali kita akan kaget, bagaimana mungkin Om Wan yang sudah sepuh itu bermain api dengan penasehatnya yang muda? Ternyata, faktanya terjadi. Tidak jauh berbeda dengan kehidupan nyata, kan. Banyak bos-bos atau para petinggi yang punya skandal, baik di dunia bisnis maupun politik. Bahkan, dalam kondisi rumah tangga diambang kehancuran, yang paling mungkin dicurigai adalah sekretaris, atau orang terdekat, yang sebenarnya relasi itu awalnya profesional. Dalam buku ini diceritakan, skandal Om Wan dan Rani ini telah terjadi berulang kali, meski tidak sampai menimbulkan badai dalam rumah tangga Om Wan.
Menjadi kian kompleks karena proses akuisisi ini melibatkan keluarga, yakni Andi yang menjadi menantu Om Wan. Andi menempati posisi direktur di MFC, sehingga jika akuisisi ini benar-benar terjadi, maka dia tentu menjadi korban. Dari sinilah konflik keluarga mulai muncul, transaksi bisnis mengancam keutuhan keluarga. Meskipun, Andi sebenarnya bagian dari masalah, tidak mampu mengelola perusahaan, bahkan menjadi pihak yang mempercepat kebangkrutan MFC. Hal-hal seperti ini kerapkali kita jumpai dalam kehidupan nyata. Konflik keluarga, rebutan hak kepemilikan, warisan, properti, ini adalah dampak langsung dari mismanajemen dan konflik bisnis yang berakibat pada keharmonisan keluarga.
Intrik Bisnis
Orang seringkali menganggap intrik politik itu sudah sangat kejam. Namun di dunia bisnis, intrik, persekongkolan, serta pengkhianatan tidak kalah sadis. Rani yang sangat dipercaya oleh Om Wan justru memiliki tujuan sendiri, bahkan bagian dari komplotan pihak yang akan mengakuisisi. Ini menjelaskan sifat dasar manusia yang serakah dan ingin menang sendiri. Intrik ini sangat rapi, bahkan pengusaha besar seperti Om Wan yang malang melintang dalam dunia bisnis tidak mampu membaca gelagat Rani. Kepercayaan itu bagaikan cek kosong, yang tanpa disadari justru mengorbankan dirinya.
Harga jual PT. MFC yang awalnya ditawarkan Rp 20 milyar, turun drastis, sehingga sepakat dilepas hanya Rp 3 milyar. Dalam transaksi bisnis, ini adalah bagian dari negosiasi. Namun jika harganya menurun begitu drastis, tentu ada hal-hal tertentu yang melatarinya. Ini yang kita kenal dengan asimetri informasi. Ada informasi yang sengaja disembunyikan untuk kepentingan salah satu pihak. Buku ini memotret kecermatan calon pembeli yang mampu memetakan persoalan perusahaan sampai pada aspeknya yang mendalam. Hingga pada akhirnya, nilai jual perusahaan itu tidak tinggi.
Bagi yang berminat di dunia bisnis, atau konsultan hukum, novel ini menarik untuk dibaca. Ceritanya dibuat sederhana, dan terkesan hidup. Ada beberapa bagian cerita yang menjelaskan teknikal akuisisi, namun itu tidak sampai membuat novel ini menjadi diktat bisnis. Selamat membaca.
Tebet, 27 November 2024
Arifuddin Hamid